Senin, 23 Desember 2024

Seperti Mengulang Februari

Ternyata, Februari sudah sepuluh bulan lalu

Ternyata, Februari sudah jauh meninggalkanmu

Ternyata, salah satu obatnya adalah

Kamu

Harus

Bicara


Nyatanya, rasa itu masih sama. Menyakitkan tapi tidak berdarah, tidak kasat mata


Serasi

 Apakah hanya kebetulan?


Tentu, tidak. Aku masih (dan semoga Allah jaga) punya iman. Kuyakin ini takdir.

Hahaha, bahkan teman-temanku menyebut kita 'pasangan' 'sarimbit' hanya berdasarkan corak dan warna baju kita yang senada, bahkan mirip sekali.

Entah kau ingat atau tidak, yang pertama adalah warna hijau dan yang kedua warna biru. 

Ah, bila kubayangkan lagi, sungguh begitu senang hatiku saat ini, pun saat itu


Kita yang tidak saling menyimpan kontak WA (aku sih menyimpan kontakmu)

Kita yang tidak pernah saling berbalas dm

Kita yang tidak pernah bertegur sapa

Kita hanyalah dua manusia asing, yang kucoba menjadi terasing


Akankah kita bertemu di takdir berikutnya dengan warna yang senada lagi? Dengan keserasian yang sebelumnya hanya bisa kubayangkan saja. Dengan semoga, kita bisa bertegur sapa, berbincang, kau mendengarku dan kudengarkan kau


Jumat, 20 Desember 2024

Serambi Masjid Ulul Albab

 Mas, pertemuan kita kala itu mengubah banyak hal dalam hidupku

Mengubah rencana yang telah kubuat di awal tahun

Mengubah pandangan hidupku


(Kapan-kapan dipanjangin)


Selasa, 17 Desember 2024

Redi - Harap Tak Mengharap

 Harap Tak Mengharap

Kholifatun Nisya


Sudah sering kali diingatkan, jangan berharap pada orang lain. Siapapun itu. Teman, sahabat, saudara, atau bahkan hubungan orangtua dengan anaknya. Sedekat apapun kalian, jangan berharap. Karena, mereka manusia. Sama sepertimu. 

Karena, 'omong kosong' benar-benar nyata. Karena, 'dekat karena ada butuhnya saja' benar-benar bisa terjadi. 

Gantungkan harapmu padaNya. Pemilik semua harapan.


19.27

*****

Redi = Reminder diri

Sebuah bagian tulisan tanpa 'cerita'.