Ternyata, Februari sudah sepuluh bulan lalu
Ternyata, Februari sudah jauh meninggalkanmu
Ternyata, salah satu obatnya adalah
Kamu
Harus
Bicara
Nyatanya, rasa itu masih sama. Menyakitkan tapi tidak berdarah, tidak kasat mata
Ternyata, Februari sudah sepuluh bulan lalu
Ternyata, Februari sudah jauh meninggalkanmu
Ternyata, salah satu obatnya adalah
Kamu
Harus
Bicara
Nyatanya, rasa itu masih sama. Menyakitkan tapi tidak berdarah, tidak kasat mata
Apakah hanya kebetulan?
Tentu, tidak. Aku masih (dan semoga Allah jaga) punya iman. Kuyakin ini takdir.
Hahaha, bahkan teman-temanku menyebut kita 'pasangan' 'sarimbit' hanya berdasarkan corak dan warna baju kita yang senada, bahkan mirip sekali.
Entah kau ingat atau tidak, yang pertama adalah warna hijau dan yang kedua warna biru.
Ah, bila kubayangkan lagi, sungguh begitu senang hatiku saat ini, pun saat itu
Kita yang tidak saling menyimpan kontak WA (aku sih menyimpan kontakmu)
Kita yang tidak pernah saling berbalas dm
Kita yang tidak pernah bertegur sapa
Kita hanyalah dua manusia asing, yang kucoba menjadi terasing
Akankah kita bertemu di takdir berikutnya dengan warna yang senada lagi? Dengan keserasian yang sebelumnya hanya bisa kubayangkan saja. Dengan semoga, kita bisa bertegur sapa, berbincang, kau mendengarku dan kudengarkan kau
Mas, pertemuan kita kala itu mengubah banyak hal dalam hidupku
Mengubah rencana yang telah kubuat di awal tahun
Mengubah pandangan hidupku
(Kapan-kapan dipanjangin)
Harap Tak Mengharap
Kholifatun Nisya
Sudah sering kali diingatkan, jangan berharap pada orang lain. Siapapun itu. Teman, sahabat, saudara, atau bahkan hubungan orangtua dengan anaknya. Sedekat apapun kalian, jangan berharap. Karena, mereka manusia. Sama sepertimu.
Karena, 'omong kosong' benar-benar nyata. Karena, 'dekat karena ada butuhnya saja' benar-benar bisa terjadi.
Gantungkan harapmu padaNya. Pemilik semua harapan.
19.27
*****
Redi = Reminder diri
Sebuah bagian tulisan tanpa 'cerita'.