Kamis, 29 Oktober 2020

Senandika - Sejenak Mengenang

 Sejenak Mengenang

Karya Kholifatun Nisya


Tak kuduga, akan seperti ini, seindah ini. Senang bersua denganmu. Menatap netra indahmu secara nyata. Tepat di depanku. 


Ah! Gerak bibirmu sangat sesuai apa yang kamu katakan saat itu. Tegas. Juga, dengan rahangmu yang serasi. Oh Tuhan, ku tahu ini salah, tapi aku tak dapat melewatkannya begitu saja. 


Sore ini, cahaya sang bagaskara menghangatkan perbincangan ini. Ah, dua betapa bersyukurnya aku. Detik ini kudapat menikmati dua pemandangan sekaligus. Paras tampanmu serta anggunnya bagaskara tenggelam. 


Di setiap detik, saat kucoba untuk rekam semua yang kita lewati bersama. Aku minta pula pada Tuhan, untukku bisa menyimpan memori ini. Lebih lama dari yang seharusnya. Mungkin, hingga akhir hidup.


Anila menyapaku, menerpa lembut kepermukaan wajah. Kemudian tanpa sadar, aku mengedipkan mata. Anila ternyata mengingatkan. Tadi hanya sekilas kejadian, di masa lalu. 


Rembulan akan segera datang, lebih baik tuk kembali ke rumah. Sebelumnya, kuseruput teh hangat di cangkir itu. Cangkir yang berada di mejamu dulu, kini masih kusiapkan juga.


Terakhir, menatap kursi putih di depanku. Selayaknya dulu. Sekarang, tak ada lagi yang akan melambaikan tangan di kursi itu. Hanya lambaian angin, yang terus mengingatkan. 



Semarang, 30 September 2020.