Selasa, 29 Oktober 2024

Puisi - Kita Terlalu Dekat

Kita Terlalu Dekat

Karya Kholifatun Nisya



Bukankah kita terlalu dekat? 

Suaramu terlalu lembut masuk telinga kananku

Ah, jantungku berdebar hebat, begitu cepat


Bisakah kau pindah? 

Bisakah kau-

Kau-

Bisakah?


Setiap gerakanmu bahkan terasa dari tempat dudukku

Kita terlalu dekat


Kita terlalu dekat

Bahkan embusan napasmu bisa kurasakan dari tubuhku yang berada tepat di depanmu

Kita terlalu dekat


'Ku belum dan tidak ingin seperti ini

'Ku belum dan tidak ingin menjadi 

'Ku tidak ingin berpaling

'Ku tidak ingin berpindah ke lain hati


Kita 

Terlalu 

Dekat.


Semarang:

18 September 2024

Dipoles 28 Oktober 2024 10.43 WIB

Senin, 28 Oktober 2024

Senandika #SewinduMerindu - Dalam BRT Arah Pulang, Unnes ke Kagok

Kholifatun Nisya



Hi? 

Bagaimana kabarmu di sana, perantauanmu? 

Masih merantau kan? 
Atau jangan-jangan kita sudah seatap langit kota yang sama? 

Kuharap kau baik-baik saja. Tidak sepertiku, rapuh, di kota tempat kau dan aku pernah bersama. 

Kau tahu, tidak, apa love language-ku? 

Aku yang love languagenya quality time, yang harus bertemu, yang harus memandang, dan harus mendengarkan suaramu, tiba-tiba kau tinggalkan begitu saja. Tanpa kabar (secara langsung darimu). Ketika tulisan ini terunggah, pun belum ada kabar darimu. 

Namun, aku. Aku masih tetap menyimpan rasa yang sama. Rasa yang sedari empat tahun lalu kita terakhir bertemu. Rasa yang sedari delapan tahun lalu tumbuh di hati kecilku. Rasa yang kian hari tak kian memudar, walau tak bersamamu. 

Kau tahu tidak, betapa tersiksanya aku? Aku yang tidak mendapatkan pemenuhan love language itu, masih menyimpan rasa itu dengan segala cobaan, termasuk salah satu cobaannya ya secara sadar love languageku yang tidak terpenuhi itu. 

Kau yang sejak merantau, tidak kuketahui lagi pergerakannya dari detik ke detik. Clue less. Satu-satunya kabar akurat yang bisa kuterima adalah dari dia, teman dekatku, yang kini menjadi perempuan udara, melalang buana. Dia yang sudah lagi tidak bisa kuandalkan untuk hal ini. 

Dalam sewindu ini, tentu aku melihat sosok-sosok lain. Sosok yang mampu memenuhi love languageku. Bukan engkau. Sosok yang bisa kulihat parasnya, kuamati tingkah lakunya, kudengar suaranya dan yang mampu mendengarkan cerita aneh, absurd, dan ajaib dariku. 

Namun, lagi-lagi aku tak bisa menghilangkan rasa yang telah tumbuh kepadamu, dari pikiranku, dari bayang-bayang saat kita bersama. 

Walau ....

Kini, ada yang lebih darimu, aku masih menjadikanmu pilihan pertamaku, mempertimbangkanmu untuk masa depanku.

Salah dua dari 'sosok-sosok lain' itu:

Dia yang kutemui pertama kali di Juni 2023. Kami seatap, semalam, dua hari saat itu. Sejak saat itu, aku selalu ingin bertemu dengannya. Selalu ingin hadir pada setiap acara yang kemungkinan ada dianya. Begitu terpesonanya aku, pada tutur kata, merdunya suara lantunan ayat, dan senyumnya yang menawan. Namun, tidak semudah itu untuk bertemu. Tahun akhir 2023, tepatnya bulan November, kami bertemu kembali pada acara yang mirip di bulan Juni lalu. Sayangnya, saat itu dia menertawaiku (harusnya bercanda, ya) karena kesalahanku (walau tidak mutlak salahku, tapi aku menjadi bagian kesalahan itu). Setidaknya dengan itu: dia tahu aku ada dan hidup di dunia ini. Dia pernah tersenyum dan berbicara kepadaku. Ah, dan September 2024 kami bertemu kembali denganku yang sudah pasrah, karena dia hadir di hari terkahir acara tersebut. Rambutnya baru dipotong!

Dia yang lain:
Dia yang hampir setiap hari bersamaku. Love languageku benar-benar-benar terpenuhi. Kami makin dekat tahun ini, karena tuntutan pekerjaan. Pekerjaan yang belum terlihat hilalnya kapan usai, tetapi sudah tahu akan usai dalam waktu dekat ini. Dalam waktu ini, dia menjelma menjadi sosok lain, daripada waktu-waktu sebelumnya. Kukenal dia sejak 2022. Dia terlalu 'mengenal'-ku. Aku terbantu dengan itu, tetapi hatiku goyah: baper. Selain terlalu 'mengenal'-ku, belum lama ini dia seperti ingin di dekatku, perasaanku mengatakan itu. Entahlah.

Bahkan temanku mengatakan sepertinya aku benar-benar goyah dengan yang satu ini. Berpindah ke lain hati?

Begitu.
Dengan begitu, kau masih bisa hadir dalam mimpiku, dalam pikiranku.

Aku cukup porak-poranda hampir setahun ini. Aku cukup tidak baik-baik saja setahun ini.
Aku cukup menjadi cegil di tahun ini.
Aku cukup-
Aku merasa cukup dengan ini semua di tahun ini.

Rapuh dan resah.
Sepanjang hari.
Sepanjang minggu. 
Sepanjang bulan.
Tak ingin sepanjang tahun.

Aku belum bisa melangkah lebih jauh, pun aku tidak bisa mundur dari waktu yang terus berjalan. Aku hanya ingin kau tahu, kau hingga detik ini tetap menjadi pilihan pertamaku. 

Kutaktahu hingga kapan. Kuharap hingga Dia yang memisahkan dengan sebaik-baiknya, kalau memang kita bukan ditakdirkan untuk bersama. Dan aku, selalu memintaNya untuk membantuku, menolongku.

Aku tanpaNya, bisa apa? 
Allah tolong dan bantu aku ya!
Kuminta jangan dulu rasa ini menguasaiku, kuminta fokusku untuk yang lain bukan yang ini. 
Tolong ya Allah ♡


Fiksi dibumbui fakta nyata.

Kota Semarang
Wangsit 24 Oktober 2024 sore hari sewaktu perjalanan pulang.
Dituliskan di buku 25 Oktober 2024 siang hari di rumah saat badan lagi demam-demannya (rindu kamu kali ya?)
Diketik di blog satu paragraf 26 Oktober 2024 malam, bergadang.
Diketik di blog lagi 28 Oktober 2024 pagi hari